Kamis, 28 Januari 2010

My Tuban's Story

Saya menulis catatan ini pada hari senin, 25 januari 2010 tepatnya pada pukul 8.34 AM. Entah mengapa pagi ini saya ingin membuka lembar – lembar yang telah lama tertutup dan tersimpan dalam memori komputer. Saya klik DATA (D:) dan saya buka folder MEMORIES. Foto pertama yang saya lihat:


Terniang dalam pikiran saya tentang kejadian 11 tahun yang lalu. Ketika keluarga saya memutuskan untuk pindah ke kota Tuban. Dan saat itu saya di sini lah saya pertama kali sekolah. TK ABA 3. Ya, saya memiliki teman – teman yang baik seperti mereka. Oyaa… teman pertama saya di Tuban (yang saya ingat) adalah Nensa Fasenda. Kami adalah tetangga. Dan yang paling saya ingat adalah kami sering bertengkar. Hhahaha :D yahh… itulah persahabatan.
Foto berikutnya:


Sebenarnya yang pertama kali saya cari adalah diri saya sendiri. Itupun sudah saya lakukan sejak pertama kali mendapatkan foto ini. Namun hingga sekarang saya belum juga menemukan diri saya dalam foto ini. Lalu saya kemana? Emh… mungkin sedang ke toilet. Ya, mungkin.
Selama 6 tahun saya bersekolah di SDN Latsari 3 ini, saya menemukan sosok sahabat yang sangat baik (kata ‘sangat baik’ berlaku sampai akhir tahun 2006. Dan tahun 2007 sampai sekarang dan seterusnya lebih tepat tertulis ‘baik’ saja). Kalian tahu mengapa? Ya, saya sedikit kecewa karena mereka. Mereka adalah FEFBI. Sejak perpisahan SD, kami berpisah. Namun tidak lost contact. Eh.. ada sich.. 2 di antara mereka sudah tak pernah ku ketahui bagaimana kabarnya.
Foto berikutnya:


Awalnya saya mencari foto waktu kelas VII, namun saya tak menemukannya. Jadi inilah saya, Noor Alfina kelas VIII A. saya bersyukur sekali karena masuk dalam kelas unggulan saat itu. Saya termasuk 44 besar se-sekolah. Duuuh senengnya… Pada perayaan Hari Kemerekaan, saya ditugaskan menjadi dayang (menyebalkan -.-) sperti pada foto ini:



Yang paling menyebalkan adalah saat itu sekolah saya mendapatkan nomor pemberangkatan ke TIGA dari belakang. Akibatnya, baru setengah perjalanan (saat itu sudah mencapai pukul 5 sore) rupanya mendung tiba. Dan saat itu juga hujan turun. Awalnya hanya rintik – rintik. Namun kemudian air jatuh begitu deras. KAMI KEHUJANAN! Apesnya sampai rumah, HP pinjaman (maklum, saat itu saya belom punya HP pribadi) basah dan tidak bisa dinyalakan. Terpaksa esoknya saya service dan 3 lembar uang 100.000 melayang ke toko service tersebut. SANGAT MENYEBALKAN!!! Ya sudah lah… sekarang saya ingin menulis mengenai tim redaksi PIJAR sekolah. Yang paling mengejutkan adalah saya diberi tawaran bergabung di organinsasi tersebut. Dengan seulas senyum saya katakan, “Saya siap bekerja”. Asal kalian tahu, setiap penerbitan saya memperoleh upah hampir sekitar 100.000. Bayangkan, saya ikut serta menjadi tim sejak kelas VII semester 2 sampai kelas IX semester 1. Dan penerbitan dilaksanakan tiap semester. Berapa lembar rupiah coba yang masuk kantong saya… huhu :D



Tak kalah hokinya, saat kelas VIII, gelar ketua OSIS pun saya raih. Haghaghag :) tak disangka masa – masa SMP adalah masa kejayaan saya. Ya, saya sangat mensyukuri semua itu. Peringkat terbaik yang pernah saya raih adalah peringkat 2 se-sekolah. Betapa bangganya saya ucapkan kabar tersebut pada orang tua saya. Rupanya senyum di bibir ini tak henti – hentinya menghiasi wajah saya :)



Meski ada banyak liku – liku dalam kebahagiaan saya ini, saya hanya beranggapan bahwa tak semua orang seberuntung saya. Hambatan pasti ada. Dan itulah yang membuat suatu kejayaan menjadi lebih berarti. Oh ya… ada lagi kejadian dimana Dewi Fotuna (dewi keberuntungan, tapi saya tidak mempercayai akan hal itu, I write it just for fun) berpihak pada diri saya. Sejak SD saya tidak pernah mengikuti Olimpiyade. Eh, pernah ding… pas kelas VI, tapi hanya menjadi cadangan, itupun ternyata saya tidak terjun langsung. Jadi ya sama aja bo’ong. Nah, kali ini, saat kelas VIII saya diberi amanat mengikuti Olimpiyade Astronomi tingkat Kabupaten. Awalnya saya menolak karena saya rasa kemampuan saya terbatas untuk hal – hal perbintangan. Tapi kemudian terbesit dalam pikiran saya, “Kenapa enggak? Jarang – jarang kan ada kesempatan ikut Olimpiyade kayak gini?” hingga akhirnya saya pun menerimanya. Saya benar – benar kerja keras saat itu. Saya diberi bekal buku super tebal yang isinya benda – benda langit beserta keterangannya mulai dari asal usul sampai keadaan sekarang. Sampai pada hari H-nya, saya benar – benar tidak percaya diri. Dan kecuekan saya pun kambuh. “Bodo amat! Ntar kalo gua kalah juga gua gga bakal mati, kan!” sekitar 2 bulan kemudian, saya dipanggil ke ruang kepala sekolah, ternyata saya masuk dalam juara 2 se-kabupaten. Horraayyy…. ^.^ kali ini saya benar – benar tidak menduga sebelumnya (kok bisa sich? Ya Allah… Engkau sungguh bermurah hati kepadaku).



Hey blogger… kali ini saya membahas mengenai kelas tercinta, XI C !!! Yippiii… awalnya, saya takut masuk ke kelas ini. Tapi mau gimana lagi, inilah garis hidup saya. Saya ditakdirkan menjadi anggota dalam kelas yang ‘menyeramkan’ ini. Maksud dari menyeramkan adalah classmate baru saya itu ‘serem – serem’. Ada Nov, vokalis band sekaligus kapten basket sekolah. Abdur, tampang kriminal yang dikenal sejak kelas VII. Dann, pernah masuk BK gara – gara kasus bokep. Chand, playboy sejati. Tegu, demen ML. Rim, bisa dibilang hidupnya agak berantakan. Sit, model kebanggan sekolah. Ay, pernah hampir berhenti sekolah karena biaya. Ver, denger – denger sich dia masuk ke SMP ini dengan duit. Ren, demen makan. Mub, penggemar Grafiti. Dan masih banyak lagi teman – teman yang popular di sekolah, termasuk saya, maskot OSIS (wah mulai narsis nich).



Suka duka kami lalui di kelas ini. Mulai dari ketika kami mendapat wali kelas yang dikenal galak, yaitu Mami Soes (Peace for Bu Sus (^.^)Y), salah satu teman saya yang ALPHA sampai 1 bulan lebih, ada juga yang nyaris putus sekolah, ada yang digosipin hamil, sampai ada yang meninggal dunia karena kecelakaan. Ya, saat – saat itu sangat berarti bagi saya. Saya akui saya salah menilai mereka pada awalnya. Ternyata mereka sangat baik. They are my best classmate. Dengan berbagai perbedaan karakter tiap individu, tidak menjadikan kami cerai (sempet sich, dulu, tapi cuma bentar, yaa…itulah persahabatan). Itu semua justru membuat kami belajar untuk saling mengisi. Oh iya, kelupaan, cinta pertama saya dimulai di kelas ini (yang dulu – dulu mah cuma sekedar mengagumi).

Kini saya tak menemukan sosok pribadi seperti mereka disini. Di Bojonegoro. Saya pergi dari Tuban karena urusan keluarga. Dan saya benar – benar menemukan kehidupan yang sebenarnya di kota ini. Meski berat, saya syukuri apa yang ada.
Huft… capek juga. Yahh, begitulah kurang lebihnya. Meski sebenarnya banyak hal – hal yang saya anggap menarik namun tak saya ceritaan disini karena bersifat pribadi. Hoho :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar