Jumat, 12 Agustus 2011

Resensi Kumpulan Cerpen

65 PATUNG BERNYAWA DENGAN KISAH BERHARGANYA



Judul : Jangan Berkedip (Kumpulan Cerita Sangat Pendek)
Pengarang : Primadona Angela Mertoyono, Isman Hidayat Suryaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : 1, April 2006
Tebal : 200 hlm

Primadonna Angela Mertoyono, lahir di Rumbai, 7 Oktober 1976 adalah seorang penulis asal Indonesia. Ia baru menerbitkan buku pertamanya setelah menikah pada tahun 2004 dengan Isman H. Suryaman, seorang penulis humor. Pasangan ini mengutarakan ide untuk membuat buku flash fiction, yaitu kumpulan cerita sangat pendek. Ide itu akhirnya terwujud dan terbitlah karya pertama dengan judul buku Jangan Berkedip. Buku ini berisi 65 cerita pendek yang kisahnya akan menggugah pola pikir kita.


Cerita – ceritanya memang mengejutkan. Pasangan penulis Donna dan Isman mengeksplorasi kekuatan yang tersembunyi dalam keringkasan bentuk penceritaan ini. Setiap ceritanya membawa kejutan. Tulisan cerita ini baik untuk kalangan muda yang sibuk dan sedikit waktu. Penulis membawa alur yang ringan dan juga menggugah pola pikir. Dengan sebagian besar cerita Donna, kita bisa menikmati penggambarannya. Sedangkan cerita Isman kita bisa berimajinasi kemana – mana, alur cerita dan angan – angan terbang jauh seakan imajinasi yang tiada batasnya. 

Diantaranya enak puluh lima cerita, ada 2 cerita yang menyentuh hati dan mengharukan. Kedua cerita itu adalah “Dua Nyawa“ dan “Sereceh Kasihan Untuk Malaikat“. Kedua cerita ini mengandung makna yang sangat dalam. Bisa dilihat dari cerita “Dua Nyawa“ karangan Donna, menceritakan tentang seorang ibu yang sedang berjuang demi buah hatinya yang ada di rahim. Awalnya, dia berpikir bahwa bayi ini tak akan punya ayah, lebih baik dia tak ada. Pikiranya kacau saat itu. Ia melayangkan pandanganya ke luar ruangan. Dari balik jendela, dia melihat seekor induk ayam terlihat sedang sibuk menggiring anak - anaknya mencari makan. Tiba – tiba seekor anak ayam terjebak ditanah. Ia tak dapat bergerak mengikuti induk dan saudara – saudaranya. Induknya langsung bergegas menggali tanah di sekitarnya. Si Ibu tertegun menyaksikan anak – anak ayam lainya ikut membantu. Setetes air mata mengalir di pipinya ketika anak ayam itu bisa bergerak lagi berkat bantuan induk dan saudara – saudaranya, tangisnya meledak. Ia membuat keputusan baru. 

Dicerita yang kedua yaitu “Sereceh Kasihan Untuk Malaikat” karya Isman, yang menceritakan tentang penderitaan hidup seorang gadis kecil sebatang kara. Dunia tampak lebih liar baginya. Semua warna menyatu menjadi abu. Ia bersyukur aspal berbatu kini tidak menyakiti kakinya lagi. Karena telapaknya sudah mati rasa. Ia terus berjalan di tengah hujan dengan meminta minta setiap orang yang berlalu lalang. “Kasihan, Pak, Bu. Saya malaikat.” Hingga akhirnya, ia merasakan kehangatan baru untuk yang pertama kalinya. Dan juga yang terakhir kalinya. Tanpa ia ketahui, kehangatan tersebut bukan sebuah ketulusan. 

Buku ini memiliki gaya penceritaan baru yang jaman sekarang belum banyak yang menerbitkan flash fiction ini. Setiap kisah dalam buku ini adalah salah satu dari berbagai analogi dari sekian banyak kekuatan penceritaan flashfic yang menjadi efektif karena disampaikan dalam ruang yang begitu terbatas. Dengan membaca kumpulan cerita sangat pendek ini, kita bisa mengenal dan menikmati gaya penceritaan ini, yang bisa membuat kita seakan tidak berkedip. 

Kekurangan di buku ini adalah beberapa cerita berakhir dengan ketidakjelasan atau masih menggantung. Dan ada juga yang memeiliki kisah biasa saja. 


PERESENSI : Noor Alfina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar