Hai fabeas!
Alhamdulillah masa pemilihan judul Tugas Akhir tahap satu selesai juga. Dari tiga judul yang aku kirimkan, satu telah diterima!!! >.< Dan luck banget yang diterima adalah yang paling aku sukak. Hehe. Dan ini yang aku share adalah salah satu yang tidak terpilih, siapa tahu bisa jadi inspirasi atau referensi teman-teman. Yang satunya silakan lihat di arsip Bulan Maret 2016 ;)
Menurut aku sih bukan jelek *narsis* hanya saja yang terpilihlah yang lebih kuat latar belakangnya, and maybe its more interesting. Maaf yang terpilih nggak dibocorin hehe. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan huehehe. Okedeh. Simak Bab Pendahuluan tentang Enceng Gondok Handicraft Center saya dibawah ini. Bagi kamu yang ingin mendownloadnya, silakan hubungi saya di email ini (alfina.red@gmail.com)
.
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
PROPOSAL SINOPSIS PROYEK AKHIR
Nama: Noor Alfina
Nim: 5112412071
Prodi: Teknik Arsitektur, S1
Enceng Gondok Handicraft Center
di Kawasan Rawapening, Ambarawa
dengan pendekatan Sustainable Architecture
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Judul
Untuk mendapatkan pengertian atau judul yang dimaksud maka perlu diuraikan terlebih dahulu definisi dan pengertian kata-kata pokok pada judul.
Enceng Gondok : Eceng gondok atau enceng gondok adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang merusak lingkungan perairan.[1] [1]Penyataan berdasarkan sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok.
Handicraft : Secara umum berasal dari Bahasa Inggris Handicraft yaitu kerajinan tangan yang memiliki arti kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan benda seni maupun barang pakai.[2]
Center : Secara umum berasal dari Bahasa Inggris Center yaitu pusat yang mempunyai arti suatu pemusatan kegiatan dimana di dalamnya terdapat pengertian hal yang dominan terhadap hal di sekitarnya, karena kespesifikasiannya dari yang lain. [3]
Kawasan : Daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri, dan sebagainya. [4]
Rawapening : Danau dan tempat wisata air di Kabupaten Semarang. Pernah menjadi tempat mencari ikan, kini hampir seluruh permukaan rawa ini tertutup eceng gondok.[5]
Ambarawa : Ambarawa adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.[6] [2]Penyataan berdasarkan sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajinan.
[3]KBBI. [4]KBBI. [5]https://id.wikipedia.org/wiki/Rawa_Pening.
[6]https://id.wikipedia.org/wiki/Ambarawa,_Semarang
Sustainable : Secara umum berasal dari Bahasa Inggris Sustainable (berkelanjutan) dan Architecture (arsitektur) sehingga Sustainable Architecture mempunyai arti arsitektur yang berkelanjutan. Adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu sebuah konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut (Guyer, 2009).
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa “Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture” merupakan bangunan yang fungsinya sebagai pusat kegiatan kerajinan tangan dari bahan Enceng Gondok, yang lokasinya berada di daerah sekitar Rawapening, Ambarawa dengan menerapkan pendekatan konsep arsitektur berkelanjutan.
1.2. Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak kerajinan yang telah memasuki pasaran dunia sejak dulu. Semua kerajinan Indonesia dinilai oleh masyarakat dunia sebagai kerajinan dengan nilai seni yang unik. Biasanya kesenian yang demikian berkembang dalam masyarakat adat di Indonesia. Dalam kasus ini adalah kesenian eceng gondok ambarawa yang juga telah lama dikembangkan oleh masyarakat kampung sekitar ambarawa, tepatnya sekitar rawa pening.
Rawa pening seluas 2.670 hektare merupakan rawa yang dipenuhi gulma enceng gondok yang pertumbuhannya tak terkendali. Laju sedimentasi di danau itu semakin cepat per tahun. Akibatnya, volume air berkurang hingga 30% dari kapasitas maksimum 65 juta meter kubik sehingga bukan tidak mungkin rawa pening akan menjadi daratan jika tak ada upaya pelestarian berkelanjutan
Menimbang keadaan sumber daya rawa pening, masyarakat ambarawa memilih untuk melestarikan dan menjadikan eceng gondok sebagai tanaman budidaya yang merupakan bahan dasar pembuatan kesenian eceng gondok.
Misalnya saja rumah kesenian yang memproduksi kesenian eceng gondok dan menjadikannya lukisan, mainan, meubel, kursi, meja, dan lain semacamnya juga mengajarkan bagi wisatawan untuk bisa mengolah tanaman eceng gondok dalam pelatihan kesenian eceng gondok. Namun sarana ini tidaklah cukup untuk menunjang semua aktivitas dan nilai pamer dari show room yang telah ada. Selain berada di lokasi yang kurang strategis, bangunan yang dipakai merupakan rumah tinggal sederhana yang dimanfaatkan seadanya.
Gambar: Kondisi Tempat Kerajinan Tangan Enceng Gondok di Ambarawa
Dinilai bahwa kesenian eceng gondok layak bersaing dengan produk kesenian mancanegara, hal ini tentu membanggakan sebagian besar pengolah kesenian eceng gondok ini dan meningkatnya jumlah produksinya. Namun seiring berkembangnya jaman, adanya standarisasi dan karantina dari negara yang mengimpor produknya, dikarenakan penginspeksian produk sebelum diekspor menggunakan mesin, sedangkan pengerjaan kerajinan eceng gondok menggunakan tangan (handmade) sehingga sulit untuk melakukan proses standarisasi produk. Maka, perlu kesiapan internal dalam menjawab semua tantangan pasar mancanegara itu.
Oleh karena itu, perlu adanya strategi pengembangan menindaklanjuti bisnis kesenian enceng gondok ini agar memiliki wadah yang layak sebagai salah satu pengekspor karya seni di Indonesia. Tempat pemusatan kegiatan di dalamnya dirancang diantaranya untuk:
1) Area Pengolahan Bahan Dasar,
2) Perusahaan Produksi,
3) Pusat Pelatihan Profesional,
4) Galeri Seni,
5) Pasar,
6) dan berbagai fasilitas penunjang lainnya,
Pusat Kerajinan Tangan Enceng Gondok ini diharapkan dapat menjadi sarana terpercaya masyarakat Ambarawa untuk menjadi tenaga kerja tetap karena selama ini sebagian pengrajin bekerja di rumah masing-masing. Dan dengan adanya Perusahaan Produksi dengan fasilitas dan tekhnologi yang memadai, hal ini tentu menjadi faktor penting dalam usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Juga sebagai strategi pengembangan wisata di Ambarawa.
1.3. Permasalahan
1.3.1. Permasalahan Umum
Bagaimana merancang Handicraft Center sebagai pusat kegiatan produksi dan galeri kesenian yang memiliki jangkauan pasar hingga mancanegara?
1.3.2. Permasalahan Khusus
Permasalahan khusus dalam perencanaan Handicraft Center ini yaitu bagaimana menciptakan sebuah kawasan kegiatan produksi dan galeri kesenian enceng gondok yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk sehingga dapat mensejahteraan masyarakat Ambarawa khususnya di sekitar Rawapening. Selain itu, dengan keteraturan sistem pengolahan bahan baku maka dapat membantu mengendalikan pertumbuhan gulma enceng gondok di rawapening sebagai salah satu aset sumber daya alam yang perlu dilestarikan.
1.4. Maksud dan Tujuan
1.4.1. Maksud
Merencanaan sebuah Handicraft Center sebagai kawasan pusat kegiatan produksi dan galeri seni dengan bahan baku gulma enceng gondok di Rawapening.
1.4.2. Tujuan
1. Merancang pusat kegiatan produksi kesenian enceng gondok di Rawapening yang dapat melindungi, menghasilkan, merawat, dan mempromosikan hasil kerajinan dan karya seninya
2. Merencanakan sebuah area pengolahan bahan baku yang dapat membantu mengendalikan pertumbuhan gulma enceng gondok di rawapening
3. Merencanakan sebuah perusahaan produksi kerajinan tangan enceng gondok dengan galeri seni sebagai ruang pamer yang layak dan pasar untuk penjualan produk
4. Menerapkan konsep desain Sustainable Architecture kedalam site dan bangunan sehingga tercipta suatu kawasan yang menunjang pelestarian sumber daya alam
5. Sebagai sarana yang bersifat rekreatif dan edukatif
1.5. Manfaat
Pembangunan Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture sebagai salah satu strategi pengembangan Wisata Ambarawa dan upaya pelestarian SDA juga diharapkan dapat menjadi sarana pusat kegiatan produksi kesenian enceng gondok di Rawapening yang dapat melindungi, menghasilkan, merawat, dan mempromosikan hasil kerajinan dan karya seninya.
1.6. Lingkup Pembahasan
1.6.1. Ruang Lingkup Substansial
Ruang lingkup perencanaan dan perancangan Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture ini meliputi penambahan fungsi baru yang bersifat komersial yaitu galeri seni dan pasar serta konsep-konsep perancangan yang menitikberatkan pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur, seperti aspek fungsional, teknis, kinerja, kontekstual, serta pada konteks arsitektur berkelanjutan.
1.6.2. Ruang Lingkup Spasial
Secara administratif, lokasi rencana tapak berada di Ambarawa, Kabupaten Semarang dan sesuai dengan peraturan tata guna lahan Kabupaten Semarang.
1.7. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan program dasar perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dengan judul Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture adalah metode deskriptif. Metode ini memaparkan, menguraikan, dan menjelaskan mengenai design requirement (persyaratan desain) dan design determinant (ketentuan desain) terhadap perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian.
Berdasarkan design requirement dan design determinant inilah nantinya akan ditelusuri data yang diperlukan. Data yang terkumpul kemudian akan dianalisa lebih mendalam sesuai dengan kriteria yang akan dibahas. Dari hasil penganalisaan inilah nantinya akan didapat suatu kesimpulan, batasan dan juga anggapan secara jelas mengenai perencanaan dan perancangan Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture.
Hasil kesimpulan keseluruhan nantinya merupakan konsep dasar yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture sebagai landasan dalam desain grafis arsitektur.
Dalam pengumpulan data, akan diperoleh data yang kemudian akan dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu:
1.7.1. Data Primer
a. Observasi Lapangan
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi dan tapak perencanaan dan perancangan Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture.
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dengan pihak pengelola serta berbagai pihak-pihak yang terkait dalam perencanaan dan perancangan Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture.
1.7.2. Data Sekunder
Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis mengenai perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan studi kasus perencanaan dan perancangan Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture.
Berikut ini akan dibahas design requirement dan design determinant yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Enceng Gondok Handicraft Center di Kawasan Rawapening, Ambarawa dengan pendekatan Sustainable Architecture:
a. Pemilihan Lokasi dan Tapak
Pembahasan mengenai pemilihan lokasi dan tapak, dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penentuan suatu lokasi dan tapak yang layak sebagai perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian, adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:
• Data tata guna lahan/peruntukan lahan pada wilayah perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian.
• Data potensi fisik geografis, topografi, iklim, persyaratan bangunan yang dimiliki oleh lokasi dan tapak itu sendiri dan juga terhadap lingkungan sekitarnya yang menunjang terhadap perencanaan dan perancangan sebuah kawasan pusat produksi kesenian.
Setelah memperoleh data dari beberapa alternatif tapak, kemudian dianalisa dengan menggunakan nilai bobot terhadap kriteria lokasi dan tapak yang telah ditentukan untuk kemudian memberi scoring terhadap kriteria x nilai bobot, dan tapak yang terpilih diambil dari nilai yang terbesar.
b. Program Ruang
Pembahasan mengenai program ruang dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian, yaitu dilakukan dengan pengumpulan data mengenai pelaku ruang itu sendiri beserta kegiatannya, dilakukan dengan observasi lapangan baik studi kasus maupun dengan studi banding, serta dengan standar atau literatur perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian.
Persyaratan ruang yang didapat melalui studi banding dengan standar perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian, sehingga dari hasil analisa terhadap kebutuhan dan persyaratan ruang akan diperoleh program ruang yang akan digunakan pada perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian.
c. Penekanan Desain Arsitektur
Pembahasan mengenai penekanan desain arsitektur dilakukan dengan observasi lapangan melalui studi banding pada kawasan pusat produksi kesenian lain serta dengan standar atau literatur mengenai perencanaan dan perancangan yang kaitannya dengan persyaratan bangunan di sebuah kawasan pusat produksi kesenian.
Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:
• Aspek konstektual pada lokasi dan tapak terpilih dengan pertimbangan keberadaan bangunan disekitarnya.
• Literatur atau standar perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian.
Setelah memperoleh data tersebut, kemudian menganalisa antara data yang diperoleh dari studi banding dengan standar perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian sehingga akan diperoleh pendekatan arsitektural yang akan digunakan pada perencanaan dan perancangan kawasan pusat produksi kesenian.
1.8. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan kawasan pusat produksi kesenian diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang lingkup, metode pembahasan, sistematika pembahasan, serta alur bahasan dan alur pikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi kajian literatur mengenai desain serta standar dan teori kawasan pusat produksi kesenian, perkembangan, pengertian, peraturan perundangan, sistem pengelolaan, persyaratan teknis, dan studi banding.
BAB III TINJAUAN LOKASI
Membahas tentang gambaran umum pemilihan tapak berupa data fisik dan non fisik, potensi dan kebijakan tata ruang pemilihan tapak, gambaran khusus berupa data tentang batas wilayah dan karakteristik tapak terpilih untuk di desain.
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Bab ini menjelaskan tentang uraian dasar-dasar pendekatan konsep perencanaan dan perancangan awal dan analisis mengenai pendekatan fungsional, pelaku dan aktivitasnya, kebutuhan jenis ruang, hubungan kelompok ruang, sirkulasi, pendekatan kebutuhan kawasan pusat produksi kesenian, pendekatan kontekstual, optimaliasi lahan, pendekatan besaran ruang, serta analisa pendekatan konsep perancangan secara kinerja, teknis dan arsitektural.
1.9. Skema Pola Pikir
Skema Pola Pikir
Sumber: Analisis Penulis, 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar